Sabtu, 05 Desember 2015

Puisi dan Petani Kita
Oleh Windy Ekananda Putri
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
            Mahasiswa sering berdemo melalui teatrikal dan puisi. Melalui puisi mereka mengkritik pemerintah. Bersuara melalui puisi tidak menimbulkan keributan dan kegaduhan. Namun, pemerintah mesti mendengarkan suara rakyat melalui puisi-puisi yang dibacakan.
            Abdul Mutolib dalam buku Syair-Syair Pembelaan banyak memuat puisi tentang petani. Dalam puisinya yang berjudul “Derita Petani” ia menggemakan suara petani yang berbunyi, //Wahai para pejabat sadarlah kalian// Cobalah kalian pikirkan nasib rakyatmu// Terutama Petani yang selalu dirugikan// yang selalu terbelakang//. Kita percaya petani memiliki andil besar dalam perekonomian Indonesia. Petani menjadi jantung hati persediaan pangan kita.
            Khudori mengatakan 75 persen lebih dari para petani menguasai lahan kurang dari 1 hektar. Mereka berperan penting dalam memberantas kelaparan, kemiskinan bahkan ketahanan pangan dan gizi. Mereka meningkatkan mata pencaharian, mengelola sumber daya alam, melindungi lingkungan dan mencapai pembangunan berkelanjutan, khususnya di pedesaan (Kompas, Rabu, 19 November 2014).
            Kini naiknya harga BBM berpengaruh terhadap para petani. Naiknya harga BBM otomatis ongkos pendistribusian padi pun lebih mahal. Harga pupuk pun ikut naik. Nasib para petani kembali terabaikan seperti dalam penggalan puisi Abdul Mutolib yang berjudul “Jasa Petani” yang berbunyi, // Sudahkah kita menghagai jasa mereka?// Dari mana kita makan// Dari mana kita berpakaian// Kalau bukan dari jasa petani// sudahkah kita pikirkan?// Bagaimana caranya agar hidup mereka senang//. Negara dengan sengaja mengabaikan nasib dan jasa petani.
 Pemerintah mesti peka terhadap permasalahan para petani. Mendengar keluhan mereka tentang ketidakadilan yang kerap terjadi melalui puisi-puisi. Belum lagi jebakan tengkulak untuk para petani. Kita percaya petani sejahtera roda perekonomian berupa pangan pun terus berjalan.

Pejabat kita mesti mendengar penggalan puisi yang berjudul “Kerjanya Petani” karangan Abdurrohman ini yang mengkritik kerjanya para pejabat. Puisi itu berbunyi, //Dan pejabat-pejabat tinggi// kau malah duduk dengan senang hati// bagus kau pejabat// kau seharusnya bersyukur// bahwa petani bisa bekerja//. Melalui puisi ini semoga pejabat bekerja lebih giat dari petani. Melalui puisi-puisi ini semoga Kabinet Kerja Jokowi dapat memajukan perekonomian dan pertanian kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar