Puisi dan
Petani Kita
Oleh
Windy Ekananda Putri
Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mahasiswa sering berdemo melalui
teatrikal dan puisi. Melalui puisi mereka mengkritik pemerintah. Bersuara
melalui puisi tidak menimbulkan keributan dan kegaduhan. Namun, pemerintah mesti
mendengarkan suara rakyat melalui puisi-puisi yang dibacakan.
Abdul Mutolib dalam buku Syair-Syair Pembelaan banyak memuat
puisi tentang petani. Dalam puisinya yang berjudul “Derita Petani” ia menggemakan suara petani yang berbunyi, //Wahai para pejabat sadarlah kalian//
Cobalah kalian pikirkan nasib rakyatmu// Terutama Petani yang selalu dirugikan//
yang selalu terbelakang//. Kita percaya petani memiliki andil besar dalam
perekonomian Indonesia. Petani menjadi jantung hati persediaan pangan kita.
Khudori mengatakan 75 persen lebih
dari para petani menguasai lahan kurang dari 1 hektar. Mereka berperan penting
dalam memberantas kelaparan, kemiskinan bahkan ketahanan pangan dan gizi.
Mereka meningkatkan mata pencaharian, mengelola sumber daya alam, melindungi
lingkungan dan mencapai pembangunan berkelanjutan, khususnya di pedesaan (Kompas,
Rabu, 19 November 2014).
Kini naiknya harga BBM berpengaruh
terhadap para petani. Naiknya harga BBM otomatis ongkos pendistribusian padi
pun lebih mahal. Harga pupuk pun ikut naik. Nasib para petani kembali
terabaikan seperti dalam penggalan puisi Abdul Mutolib yang berjudul “Jasa Petani” yang berbunyi, // Sudahkah kita menghagai jasa mereka?//
Dari mana kita makan// Dari mana kita berpakaian// Kalau bukan dari jasa
petani// sudahkah kita pikirkan?// Bagaimana caranya agar hidup mereka senang//.
Negara dengan sengaja mengabaikan nasib dan jasa petani.
Pemerintah mesti peka terhadap permasalahan
para petani. Mendengar keluhan mereka tentang ketidakadilan yang kerap terjadi melalui
puisi-puisi. Belum lagi jebakan tengkulak untuk para petani. Kita percaya
petani sejahtera roda perekonomian berupa pangan pun terus berjalan.
Pejabat
kita mesti mendengar penggalan puisi yang berjudul “Kerjanya Petani” karangan Abdurrohman ini yang mengkritik kerjanya
para pejabat. Puisi itu berbunyi, //Dan
pejabat-pejabat tinggi// kau malah duduk dengan senang hati// bagus kau
pejabat// kau seharusnya bersyukur// bahwa petani bisa bekerja//. Melalui
puisi ini semoga pejabat bekerja lebih giat dari petani. Melalui puisi-puisi
ini semoga Kabinet Kerja Jokowi dapat memajukan perekonomian dan pertanian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar