Sabtu, 05 Desember 2015

Meretas Batas Kata Puitik

Pemuda dalam Lagu Wajib Nasional
Oleh Windy Ekananda Putri

            Pemuda, sebutan itu sangatlah bermakna pada zaman dahulu di Indonesia. Pemuda dengan semangat juang dan patriotisme yang tinggi. Membela bangsa dan negara. Berjuang untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya walau susah payah dibawah kolonialisme yang terjadi saat itu. Menjadi orang yang berilmu dan memperjuangkan keadilan. Merekalah pahlawan. Pahlawan yang melawan kolonial dengan tak-tik yang merupakan buah pemikiran, bukan menggunakan otot dan anarkisme.

            //Bangun pemudi pemuda Indonesia// Lengan bajumu singsingkan// untuk negara// masa yang akan datang kewajibanmulah// menjadi tanggunganmu terhadap nusa//  Lagu yang berjudul "Bangun Pemudi Pemuda" karya Alfred Simanjuntak ini menggambarkan bahwa pemuda Indonesia adalah harapan bangsa yang wajib menggantikan para pemimpin terdahulu dan meneruskan cita-cita juga tujuan bangsa. Inilah peran pemuda.

            Seperti yang kita lihat pemuda bermacam-macam di masa kini. Ada yang terpelajar dan ada yang tidak terpelajar. Pemuda terpelajar ada yang berjiwa patriotisme tinggi ada pula yang tak peduli. Pemuda yang memiliki jiwa nasionalis dan patriotisme di kalangan pemuda terpelajar terbagi dua. Mereka yang benar-benar mengabdi pada negara dengan kegiatan yang bermanfaat dan meneruskan cita-cita pahlawan dan mereka yang berdemo.

            Bait kedua lagu "Bangun Pemudi Pemuda" karya Alfred Simanjuntak yang berbunyi //Sudi tetap berusaha jujur dan ikhlas// Tak usah banyak bicara trus kerja keras// Hati teguh dan lurus pikir tetap jernih// Bertingkah laku halus hai putra negri// bertolak belakang denga fenomena pemuda yang identik dengan berdemo, mereka terpelajar tetapi cara-cara yang anarkis yang mereka lakukan tidak sesuai dengan harapan para pahlawan kita. Mereka pun tidak mereka sadari sebenarnya cara mereka mambuat kacamata masyarakat terhadap pemud menjadi negatif.

            Pemuda yang tidak peduli di kalangan pemuda terpelajar pun ada. Mereka tidak mementingkan bangsa ini dan jasa-jasa para pahlwan. Tidak ada rasa ingin tahu tentang pahlawan. Mereka bisa mengkritik keadaan indonesia tapi tidak berbuat apa-apa. Mereka lebih mementingkan masa muda mereka yang menyenangkan, hanya kongkow-kongkow tak jelas yang tidak mengarah ke arah diskusi. Fenomena pemuda masa kini.

            Apa lagi pemuda yang tidak terpelajar, yang mereka tahu hanya cara bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan ekonomi. Bahkan mungkin mereka tidak tahu kisah-kisah pahlawan kita. Tapi mungkin pula ada pemuda yang cerdas walaupun tidak terpelajar. Hanya kemungkinan sedikit kita temui jenis pemuda seperti ini.

            Pengetahuan tentang pahlawan yang minim menghasilkan sikap patriotisme yang rendah dan tidak bisa menghargai jasa pahlawan. Ada pun yang sudah mengetahui dan mendapatkan ilmu tentang pahlwan, mereka biasanya cukup sebatas tahu dan tidak mengambil hikmah serta manfaat dari cerita pahlawan tersebut.

            Ini yanyebabkan pemuda tidak bisa mengamalkan nilai - nilai yang para pahlawan ingin tanamkan pada pemuda Indonesia yang merupakan harapan bangsa, seperti pada penggalan akhir lagu  "Pahlawan Merdeka" karya Sundari Soekotjo yang berbunyi //Pahlawan merdeka yang pecah sebagai ratna// Terpencar tersebar di bumi Indonesia// . Maksud dari yang terpencar sebagai ratna di bumi Indonesia adalah hasil perjuangan para pahlawan dan semngat juang, yang bisa dambil hikmahnya dan meneruskan perjuangan mereka oleh para pemuda Indonesia bisa lebih cerdas, peka dan menghargai jasa pahlawan di Indonesia.
           
           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar